Umpama,
anda masuk
sekolah di
Jepang, baik
universitas ataupun
日本語学校 (にほんごがっこう). Tidak
ada hubungan
atas bawah
di kelas terkecuali
dosen dan
mahasiswa,
guru dan murid. Antara mahasiswa-
mahasisiwi,
murid-murid hubungannya
rata. Boleh saja
kenalkan diri
「(nama
anda) です。よろしく」
juga berbicara
dengan kata biasa
bersama mereka
yang dari berbagai
negara.
Tetapi
kalau anda
datang di Jepang
untuk bekerja
lain situasinya. Apa
lagi kalau
anda masih
muda. Mungkin
saja umur
juga posisi anda
paling bawah di tempat
kerja. Semua
“Senpai” anda
akan berbicara
dengan bahasa
biasa terhadap
anda. Hal ini
bukan karena
anda orang Indonesia, sama
saja bagi
kami. Kalau saya
menjadi anda
selalu saya
harus berbicara
bahasa santun
敬語 (けいご) karena
saya orang Jepang.
Kebanyakan
kami tidak salahkan
日本語 anda. Tidak
marah walaupun
anda salah
berbicara. Tetapi
ada juga orang yang sedikit berbeda mind-setnya tergantung
tempat kerja
atau daerah.
Ada juga orang yang menerima 「(nama
anda) です。よろしく」
sebagai ungkapan
tidak sopan
dan sombong.
Wlaupun hanya
karena mereka
tidak tahu
bahwa hidup
di budaya lain
tidak gampang,
namun ini
kenyataan.
Ada. Kalau anda
kenalkan diri
「(nama
anda) ともうします。よろしくおねがいします」
mereka tidak
ada kesempatan
untuk salahkan.
Kecil atau besar,
mereka terpaksa
menyatakan kehormatan
terhadap anda.
Inilah maksud
saya yang pernah
ceritakan bahwa
anda ingat
dulu ungkapan
bahasa santun
敬語, minimal mengenai
perkenalan, salam
sehari-hari dan
meminta maaf.
Anda jangan
menurunkan harga
diri oleh
karena hal
kecil seperti
penggunaan
kata bahasa asing.
Anda akan
belajar ungkapan
perkenalan 「(nama
anda)
です。よろしく」 dari materi
日本語. Maksud
saya bukan menyalahkan materi-materi
日本語 yang tersebar.
Hanya masa kini sedikit
berbeda situasi saja.
Banyak remaja-remaja
Indonesia berumur awal
20an datang di Jepang
untuk bekerja.
Kebanyakan materi
日本語 dibuat
dalam era yang belum
ada sistemnya.
Sebagiannya kurang
sesuai dengan
situasi sekarang.
Saya ingin
menutup
“gap” antara materi
dan kenyataan
masa kini.
Saya memcoba
bahas sendiri.
Misalnya ada
orang yang bertanya jalan.
Tidak penting
umurnya saya
akan menjawab
dengan 敬語.
Kalau dia
masih SMP kelihatannya
saya akan
berbicara dengan
bahasa biasa.
Tetapi kalau
siswa SMA bertanya
dengan bahasa
biasa, saya
akan menjawab
dengan 敬語
yang mereka tidak tahu(sejinis
sindiran).
Antara teman
yang dekat umur
kami berbicara dengan
bahasa biasa.
Isteri satu teman
yang lebih muda,
saya biasa
dia halus.
Bersama satu teman
yang 10 tahun lebih
berusia saya
敬語 dia biasa.
Terhadap teman
yang lebih muda,
saya biasa
dia halus.
Bersama isterinya
yang lebih muda,
dia selalu
bahasa biasa
saya juga biasa
tetapi kalau
waktu dia
kesal saya
berbicara bahasa
halus (karena
takut).
Dalam situasi
pekerjaan selalu
敬語. Meeting bersama
rekan pekerjaan
satu generasi
bahasa biasa.
Dalam komunikasi
di dunia maya,
selalu 敬語 karena
kita tidak
tahu dia
itu siapa
sebenarnya.
Hal2 yang saya
ceritakan hanya
contoh saya
pribadi dan
prinsip saja.
Ada boss perusahaan
yang berbicara
dgn bahasa
halus terhadap
semua karyawan. Ada
juga dosen yang
selalu pakai
bahasa halus
kepada mahasiswa. Tetapi
yang pasti anak
buah, mahasisiwa-mahasisiwi
tidak mungkin
boleh berbicara
dengan bahasa
biasa terhadap
boss atau dosen.
Ada orang yang
berbicara degan
kata biasa terhadap
pelayan di tempat
makan yang pertama
kali datang. Ada
juga pemiliki
restoran yang
bicara biasa
terhadap tamu.
Semuanya tergantung
katakter dan
pemikiran mereka.
Apakah dianggap
sebagai sikap
ramah dan
akrab atau
sikap sombong
, tergantung
karakter dan
situasi. Saya
juga tidak bisa
bilang yang tentu
mengenai hal
ini. Saya
sendiri kadang
bingung bahasa
yang sesuai dengan
situasi. Khususnya di tempat makan dan minum.
0 件のコメント:
コメントを投稿