2015年11月4日水曜日

Kata biasa dan kata halus


Umpama, anda masuk sekolah di Jepang, baik universitas ataupun 日本語学校 (にほんごがっこう). Tidak ada hubungan atas bawah di kelas terkecuali dosen dan mahasiswa, guru dan murid. Antara mahasiswa- mahasisiwi, murid-murid hubungannya rata. Boleh saja kenalkan diri (nama anda) です。よろしく」 juga berbicara dengan kata biasa bersama mereka yang dari berbagai negara.

Tetapi kalau anda datang di Jepang untuk bekerja lain situasinya. Apa lagi kalau anda masih muda. Mungkin saja umur juga posisi anda paling bawah di tempat kerja. SemuaSenpaianda akan berbicara dengan bahasa biasa terhadap anda. Hal ini bukan karena anda orang Indonesia, sama saja bagi kami. Kalau saya menjadi anda selalu saya harus berbicara bahasa santun 敬語 (けいご) karena saya orang Jepang.
Kebanyakan kami tidak salahkan 日本語 anda. Tidak marah walaupun anda salah berbicara. Tetapi ada juga orang  yang sedikit berbeda mind-setnya tergantung tempat kerja atau daerah. Ada juga orang yang menerima (nama anda) です。よろしく」 sebagai ungkapan tidak sopan dan sombong. Wlaupun hanya karena mereka tidak tahu bahwa hidup di budaya lain tidak gampang, namun ini kenyataan. Ada. Kalau anda kenalkan diri (nama anda) ともうします。よろしくおねがいします」 mereka tidak ada kesempatan untuk salahkan. Kecil atau besar, mereka terpaksa menyatakan kehormatan terhadap anda. Inilah maksud saya yang pernah ceritakan bahwa anda ingat dulu ungkapan bahasa santun 敬語, minimal mengenai perkenalan, salam sehari-hari dan meminta maaf. Anda jangan menurunkan harga diri oleh karena hal kecil seperti penggunaan kata bahasa asing.

Anda akan belajar ungkapan perkenalan (nama anda) です。よろしくdari materi 日本語. Maksud saya bukan menyalahkan materi-materi 日本語 yang tersebar. Hanya masa kini sedikit berbeda situasi saja. Banyak remaja-remaja Indonesia berumur awal 20an datang di Jepang untuk bekerja. Kebanyakan materi 日本語 dibuat dalam era yang belum ada sistemnya. Sebagiannya kurang sesuai dengan situasi sekarang. Saya ingin menutup “gap” antara materi dan kenyataan masa kini.

Saya memcoba bahas sendiri. Misalnya ada orang yang bertanya jalan. Tidak penting umurnya saya akan menjawab dengan 敬語. Kalau dia masih SMP kelihatannya saya akan berbicara dengan bahasa biasa. Tetapi kalau siswa SMA bertanya dengan bahasa biasa, saya akan menjawab dengan 敬語 yang mereka tidak tahu(sejinis sindiran).
Antara teman yang dekat umur kami berbicara dengan bahasa biasa. Isteri satu teman yang lebih muda, saya biasa dia halus. Bersama satu teman yang 10 tahun lebih berusia saya 敬語 dia biasa. Terhadap teman yang lebih muda, saya biasa dia halus. Bersama isterinya yang lebih muda, dia selalu bahasa biasa saya juga biasa tetapi kalau waktu dia kesal saya berbicara bahasa halus (karena takut).
Dalam situasi pekerjaan selalu 敬語. Meeting bersama rekan pekerjaan satu generasi bahasa biasa.
Dalam komunikasi di dunia maya, selalu 敬語 karena kita tidak tahu dia itu siapa sebenarnya.

Hal2 yang saya ceritakan hanya contoh saya pribadi dan prinsip saja. Ada boss perusahaan yang berbicara dgn bahasa halus terhadap semua karyawan. Ada juga dosen yang selalu pakai bahasa halus kepada mahasiswa. Tetapi yang pasti anak buah, mahasisiwa-mahasisiwi tidak mungkin boleh berbicara dengan bahasa biasa terhadap boss atau dosen.

Ada orang yang berbicara degan kata biasa terhadap pelayan di tempat makan yang pertama kali datang. Ada juga pemiliki restoran yang bicara biasa terhadap tamu. Semuanya tergantung katakter dan pemikiran mereka. Apakah dianggap sebagai sikap ramah dan akrab atau sikap sombong , tergantung karakter dan situasi. Saya juga tidak bisa bilang yang tentu mengenai hal ini. Saya sendiri kadang bingung bahasa yang sesuai dengan situasi. Khususnya di tempat makan dan minum. 

0 件のコメント:

コメントを投稿